Karya Tulis Bulan 4 – Angga Wibawa Nur Hikayat (Jumlah: 1)

 

Apa itu Outing Class?

Pendahuluan

Sebelum kita menginjak kepada konsep dari outing class itu sendiri, alangkah baiknya kita harus memahami apa yang dimaksud dengan strategi, tujuan, metode, proses dan hasil dari suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995). Menurut H. Daryanto (2005: 58) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Uno dan Nudin, 2011: 7). Proses pembelajaran adalah proses yang didalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001: 461). Menurut Sardiman (2007: 16), hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). 

Kita juga harus paham dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Indonesia yang salah satu pasalnya menjelaskan mengenai pengertian dari pendidikan, pendidikan nasional, sistem pendidikan nasional, tenaga kependidikan, pendidik, dan pembelajaran. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 

Dari uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dibutuhkan suatu kreasi dan inovasi strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa agar dapat berperan aktif dan menumbuhkembangkan minatnya dalam suatu proses pembelajaran dengan memegang teguh prinsip dari tujuan pembelajaran itu sendiri dengan menggunakan metode yang sesuai dan tepat agar didapatkan hasil yang positif dari suatu kegiatan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam mengupayakan hal tersebut, tentunya ditemui berbagai permasalahan. Permasalahan yang banyak terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, lebih tepatnya dikelas, dimana siswa hanya ditempatkan sebagai pendengar setia saat guru menyampaikan konsep materi belajar sehingga siswa merasa bosan dengan hanya duduk diam dan mendengarkan, seolah hanya memiliki sedikit waktu untuk berkreasi. 

Hal tersebut berpengaruh terhadap pemahaman siswa itu sendiri. Pendekatan dalam proses pembelajaran di sekolah memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah mengimplementasikan suatu pembelajaran yang membantu siswa dalam pemahaman konteks atau makna dari materi yang mereka pelajari. Depdiknas menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Bayu, 2013: 4). 

Pembelajaran kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis kontruktivisme, yakni bahwa belajar akan lebih bermakna dengan cara mengalami, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Menurut Piaget, kontruktivisme mengandung beberapa kegiatan diantaranya yakni, mengandung pengalaman nyata, adanya interaksi sosial, dan terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Mulyadi dan Risminawati, 2012: 27). Salah satu strategi pembelajaran yang ingin penulis tawarkan disini diantaranya yaitu kegiatan outing class yang merupakan strategi pembelajaran yang berbasis kontekstual. SMP Negeri 4 Cipeundeuy sendiri telah menyelenggarakan kegiatan outing class pada hari Sabtu, tanggal 11 Maret 2023, yaitu dengan mengunjungi Museum Sri Baduga, Museum Geologi, dan Kebun Binatang yang berlokasi di Bandung. 

 

Konsep Outing Class

Outing class adalah suatu kegiatan yang melibatkan alam secara langsung untuk dijadikan sumber belajar (Vera, 2012). Kegiatan outing class ini menjadikan anak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru serta belajar berinteraksi dengan lingkungan dan alam secara langsung (Maryati, S. Dkk, 2019). Apa yang dipraktekkan guru dalam proses pembelajaran secara tidak langsung mempengaruhi pembentukan kepribadian siswa. Oleh karena itu, pembelajaran dalam konteks sekarang tidak hanya cukup menggunakan pembelajaran yang efektif, tetapi justru yang amat penting adalah pembelajaran yang efisien, yaitu pembelajaran yang menyenangkan, yang menggairahkan, penuh keakraban, dan saling menghargai antara guru dengan siswa. Saekhan Muchit dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Kontekstual (2008: 4) menjelaskan bahwa “Hakekat pembelajaran adalah mengasah dan atau melatih moral kepribadian manusia, meskipun ada aspek fisiknya, belajar dan mengajar lebih banyak menyangkut urusan psikis. Mengatur psikis tidak sama dengan mengatur aspek fisik. Dengan demikian, guru dituntut memahami kemampuan dan sekaligus kepekaan dalam memahami fenomena, realitas, dan potensi yang dimiliki oleh siswa”.

Urusan psikis siswa dalam pembelajaran sangat berkaitan erat dengan motivasi siswa dalam belajar. 

Belajar tidak hanya dapat dilakukan didalam ruangan kelas, akan tetapi bisa juga dilakukan diluar ruangan kelas, agar siswa tidak mengalami kebosanan. Sebagaimana dijelaskan dalam Buku Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi, karangan Khoirul Anam (2015: 195) menyatakan bahwa, “Belajar tidak hanya dapat dilakukan didalam kelas, sangat baik untuk sesekali mengajak siswa belajar diluar ruangan kelas. Seperti di taman sekolah, perpustakaan, atau tempat￾tempat menarik lainnya, sambil guru memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan ini tidak mengganggu proses belajar di kelas lain. Rasa bosan yang muncul pada siswa biasanya disebabkan oleh minimnya aktivitas fisik, siswa hanya duduk, menulis, dan mendengarkan. Oleh sebab itu karenanya, kegiatan fisik akan membantu membangkitkan lagi semangat dan konsentrasi siswa.

Pembelajaran diluar kelas ini biasa dikatakan sebagai kegiatan Outdoor atau Outing Class”.Outing class merupakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran dapatdikatakan pembelajaran yang menyenangkan karena kegiatan bermain bersifat sukarela danmenimbulkan rasa senang pada anak-anak (Rindani, 2017). Kegiatan outing class dilakukan diluarruangan. Kegiatan outing class melibatkan anak-anak dan guru sebagai subjek kegiatan. Outing class menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan. Outing class merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar ruangan atau kelas yang bertujuan untuk membekali keterampilan peserta didik dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki (Dina Indriana, 2011). Oleh karena itu, guruh arus teliti dalam menentukan tempat untuk dijadikan lokasi pembelajaran.

Tujuan Outing Class

Adapun tujuan pembelajaran melalui outing class menurut (Indriana, 2011: 59) adalah sebagaiberikut:

a. Strategi ini dapat mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan pada diri anak didik

b. Anak didik yang mengikuti kegiatan outing class dapat mengeluarkan segala ekspresi dan potensi yang ada dalam diri dengan caranya sendiri namun tetap dalam aturan dalampermainan

c. Pembelajaran outing class akan menjadikan anak didik dapat menghargai dan menghormati diri sendiri dan orang lain

d. Anak didik akan mampu belajar dengan menyenangkan sehingga anak didik akan terust termotivasi dan bersemangat untuk melakukan segala kegiatan

e. Outing class akan memupuk jiwa kemandirian anak didik untuk melakukan segala rangkaian kegiatan dengan mengeluarkan segala potensi yang ada dalam dirinya, sehingga mampu menyelesaikan dengan hasil yang maksimal.

f. Akan menumbuhkan sikap dan empati terhadap perasaan orang lain, karena kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.

g. Outing class juga mengajarkan anak didik untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain disekitar.

h. Anak didik mampu mengetahui cara yang efektif dan kreatif.

i. Outing class juga menjadi sarana yang tepat untuk membangun karakter atau kepribadian anak yang baik.

j. Anak didik bisa memahami nilai positif melalui berbagai contoh nyata dalam kegiatan outing class yang dilaksanakan.

Ruang Lingkup Outing Class

Secara umum, terdapat dua lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat kegiatan, yakni lingkungan didalam sekolah dan diluar sekolah. Adapun lokasi didalam lingkungan sekolah yang dapat dijadikan sebagai tempat kegiatan outing class antara lain halaman sekolah, taman bunga dekat sekolah, pohon-pohon yang ada di halaman sekolah, halaman belakang sekolah, lapangan sekolah, koperasi sekolah,

kolam yang ada di area sekolah, dll. Lokasi kedua yaitu diluar lingkungan sekolah antara lain area sawah, kebun binatang, museum, perusahaan, pantai, area kebun, pegunungan, tempat ibadah, taman, cagar alam, tempat pariwisata, kandang hewan, dll. 

Bentuk-bentuk Kegiatan Outing Class

Terdapat beberapa macam bentuk-bentuk kegiatan dalam pembelajaran outing class, diantaranya:

1. Jelajah Alam Sekitar

Manusia hidup di bumi itu bergantung pada alam, jadi tidak heran juga jika anak-anak suka bermain yang ada kaitannya dengan alam. Benda yang sering digunakan anak untuk alat bermain adalah tanah dan pasir.

2. Perkemahan

Perkemahan adalah kegiatan yang dilakukan di luar ruangan yang dapat membantu pembentukan karakter anak-anak. Untuk melakukan kegiatan perkemahan ini harus dilakukan perencanaan yang matang supaya kegiatan dapat berjalan lancar.

3. Karyawisata

Dalam KBBI karyawista bermakna kunjungan ke suatu objek dalam rangka memperluas pengetahuan dalam hubungan dengan pekerjaan seseorang atau sekelompok. Karyawisata atau yang sering disebut field trip merupakan kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya sekedar jalan-jalan tetapi juga belajar dan beradaptasi dengan lingkungan.

Langkah-langkah Kegiatan Outing Class

Langkah-langkah melakukan kegiatan outing class, diantaranya:

a. Perencanaan

1) Merumuskan tujuan outing class

2) Menetapkan objek yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai

3) Menetapkan durasi waktu outing class

4) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat yang telah direncanakan dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan diatas. Pelaksanaan kegiatan outing class ini juga harus memperhatikan rencana pembelajaran dan tema kegiatan pembelajaran karena harus sesuai dengan kurikulum dan sesuai dengan capaian pembelajaran yang ingin dicapai.

c. Tindak Lanjut

Pada akhir kegiatan outing class, siswa diminta untuk menyampaikan secara lisan (bercerita) mengenai apa yang telah mereka pelajari pada waktu karyawisata/outbound/study visit .

d. Tahap Evaluasi

Jika siswa tidak memberikan jawaban maka guru tidak mengatakan salah tetapi menyebutkan kata yang benar dan mengajak siswa untuk mengulangi kembali (Abdurrahman, 1995: 11).

Dampak serta Manfaat Outing Class

Proses penerapan outing class memiliki dampak serta manfaat yang cukup signifikat dalam perkembangan anak-anak. Strategi ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu mendorong siswauntuk belajar lebih aktif dan ikut berperan dalam kegiatan belajar mengajar, menerapkan konsep belajar sambal berekreasi (learning by doing and refreshing), dapat menghilangkan rasa jenuh selama

belajar di dalam kelas dan dapat mengembangkan kehidupan demokrasi dalam dunia Pendidikan

(Suherman dan Udin, 2002: 312).

Adapun manfaat dari penerapan pembelajaran outing class, antara lain:

a. Mengurangi rasa jenuh saat proses belajar mengajar secara daring maupun tatap

muka/konvensional

b. Melatih anak untuk memiliki sikap sosial dan bekerja sama ketika terdapat pembentukan

kelompok

c. Meningkatkan kreativitas anak

d. Meningkatkan moralitas anak untuk disiplin

e. Menambah kecintaaan anak terhadap lingkungan terutama makhluk Tuhan Yang Maha Esa

f. Meningkatkan kemampuan Bahasa dalam bercerita Lickona (1991) mengemukakan bahwa pendidikan nilai/moral yang meghasilkan karakter, didalamnya terkandung tiga komponen karakter yang baik (components of good character), yakni pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan moral (moral action). Pembelajaran outing class juga sangat penting untuk mengembangkan tiga komponen Pendidikan pada anak. Ketiga komponen tersebut, antara lain:

a. Afektif (Perasaan)

Afektif yaitu munculnya perasaan senang, sedih, tertawa, atau menangis yang dialami oleh seseorang.

b. Kognitif (Pikiran)

Kognitif adalah proses berfikir seseorang terhadap sesuatu yang dipikirkan

c. Psikomotorik (Tindakan fisik)

Psikomotorik adalah kemampuan bertindak pada diri seseorang setelah mereka mendapatkan pengalaman belajar mengenai suatu hal.

Pendidikan dikatakan berjalan dengan baik apabila terdapat komponen yang membantu melancarkan kegiatan Pendidikan itu sendiri, diantaranya yang pertama adalah tujuan pembelajaran yang

merupakan arah atau haluan kegiatan belajar yang ingin dicapai melalui suatu proses belajar mengajar. Selanjutnya adalah faktor pendidik, dimana seorang pendidik harus memiliki kompetensi yang wajib dimiliki dan mampu untuk mengaplikasikannya. Yang terakhir adalah peserta didik, dimana seorang peserta didik merupakan bagian dari masyarakat yang mencari ilmu dan pengalaman baru untuk menyongsong kehidupan di masa depannya. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai tiga komponen Pendidikan merupakan hal penting dalam Pendidikan. Ketiganya berkaitan satu sama lain.

Apabila ketiganya tidak lengkap, maka pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar.


Tags :

profil

Lina Malahati

Pembina GLS

I like to make cool and creative designs. My design stash is always full of refreshing ideas. Feel free to take a look around my Vcard.

  • Lina Malahati
  • Februari 24, 1989
  • Ds. Jatimekar, Kec. Cipeundeuy
  • [email protected]
  • +123 456 789 111

Posting Komentar